Kaspersky "Cyber-Crime" Sudah di Depan Mata !


Berbincang dengan Eugene Kaspersky terasa menarik dan menyenangkan. Sebagai ilmuwan dan pakar program antivirus, pria berkebangsaan Rusia ini tidak tampak kaku dan ilmiah. Pemaparannya soal kemajuan teknologi yang dihubungkan dengan keamanan operating system (OS) terasa ringan dan komunikatif.
Ditemui dalam kunjungan kali pertamanya ke Indonesia, Kamis (8/10) di Jakarta, CEO (Chief Executive Officer) Kaspersky Lab ini memaparkan, kemajuan teknologi membuat hampir semua peralatan elektronik tak luput dari penggunaan OS. “Bayangkan, manusia modern sekarang ini dalam kesehariannya paling tidak ke mana-mana membawa tiga jenis alat elektronik yang menggunakan OS, antara lain handphone, kamera digital, dan laptop. Bahkan handphone yang dipegang, umumnya lebih dari satu unit,” ujar pemilik nama asli Evgeniy Valentinovich Kasperskiy.
Penggunaan OS, menurut dia, sangat rentan terhadap serangan malware (virus). Virus dapat disusupkan pada sebuah program sehingga bisa mengacaukan program tersebut atau “menyetir” program agar berjalan sesuai dengan kehendak si pembuat virus. Hebatnya, penyusupan virus bisa dilakukan dengan berbagai cara dan jalan, bahkan umumnya tidak disadari oleh si pemilik/pengguna OS tersebut, sampai ia mengetahui programnya tidak berjalan dengan semestinya.
Dampak yang ditimbulkan malware pun bisa lebih dahsyat dari akibat kejahatan konvensional. Salah satu contoh di bidang transportasi. Boeing 787 di Amerika Serikat pernah mengalami serangan peretas (hacker) pada OS peralatan penerbangannya. Serangan peretas tersebut membuat seluruh penumpang pesawat dapat masuk ke sistem kontrol penerbangan, seperti navigasi dan komunikasi. “Bayangkan apa yang terjadi karena semua penumpang bisa mengendalikan pesawat tersebut sekehendak hati,” ujar Eugene.
Di bidang ekonomi, serangan malware bisa melumpuhkan perekonomian dan menguras keuangan hanya dalam beberapa detik. Pernah terjadi, sejumlah peretas disebar ke sejumlah ATM di berbagai wilayah di dunia. Dalam waktu yang sama mereka menguras isi ATM menggunakan kartu ATM yang telah disusupi malware. Hanya dalam beberapa detik, uang di sejumlah ATM terkuras. Setelah melakukan kejahatan itu, para peretas pun menghilang tanpa jejak.
Dampak lebih luas tentu saja kejahatan di bidang keamanan negara dan politik. Ini bisa melibatkan pengamanan antarnegara. Bahkan, bisa terjadi e-terrorism (terorisme melalui dunia maya) atau cyber war menggunakan cyber weapon. “Bisa saja misalnya, si teroris menyusupkan virus dari Brasil melalui pengguna internet di Indonesia untuk membidik keamanan Amerika. Kondisi ini kan memerlukan penanganan pihak keamanan di tiga negara,” ujar pria kelahiran Novorossiysk Uni Soviet, 4 oktober 1965.a.
Lebih parah lagi, si penyebar virus sulit diketahui dan dilacak keberadannya. Itu sebabnya hingga kini upaya yang masih dianggap efektif adalah mengantisipasi serangan virus pada OS peralatan dengan memasukkan program antivirus. Namun pada kenyataannya, malware terus berkembang. Bahkan, program malware selalu diupayakan melebihi kecanggihan program proteksi (antivirus). Hal ini bisa memastikan, pembuat malware adalah orang-orang ber-IQ tinggi (cerdas) dan profesional di bidangnya.
Ini juga menjadi alasan penyangkalan pendapat bahwa pembuat antivirus adalah pencipta virus itu sendiri. Menurut Eugene, motif dari pembuat virus ada tiga, money, more money, dan over more money. Dengan malware yang mereka sebarkan, para pembuat malware bisa memperoleh uang dengan jumlah yang cukup besar karena mereka menjual program malware mereka dengan harga yang sangat mahal. “Sedangkan pendapatan dari penjualan antivirus jauh di bawah pendapatan mereka,” ungkapnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi besar menerima serangan malware. Jumlah pengguna internet (salah satu jalan masuknya malware) di Indonesia terus meningkat dengan pesat. Kendati demikian, Eugene belum menemukan virus asal Indonesia yang menginfeksi komputer secara internasional. “Virus-virus lokal masih cukup mudah diantisipasi. Saat ini yang menjadi pusat penyebaran malware dunia adalah Cina,” ujarnya.
Sebagai pakar antivirus, Eugene terus mengembangkan program-programnya melalui Kaspersky Lab yang didirikan bersama istrinya Natalya (kini sudah bercerai). Untuk pelayanan kepada konsumen Eugene juga mendirikan K-Klub, komunitas yang merupakan ajang komunikasi dan konsultasi seputar pengamanan program.
Kepakaran Eugene awalnya dipicu oleh kegemarannya kepada pelajaran matematika. Salah satu hobinya semasa SMA adalah menyelesaikan soal-soal pada jurnal-jurnal matematika. Tahun 1987, Eugene lulus dari Institute of Cryptography, Telecommunications, and Computer Science, jurusan teknik matematika. Selanjutnya Eugene bekerja di lembaga riset multi-disiplin yang ada di bawah naungan KGB, badan intelejen Rusia.
Di tempat inilah Eugene pertama kali mempelajari virus komputer setelah mendeteksi virus Cascade di komputernya pada Oktober 1989.
Eugene menganalisis virus tersebut dan mengembangkan modul-modul disinfeksi virus untuk pertama kalinya. Sejak itu, dia mulai mengoleksi program-program jahat dan modul-modul disinfeksi untuk virus-virus tersebut.
Tahun 1997, Eugene dan rekan-rekannya mendirikan perusahaan independen yang kelak menjadi Kaspersky Lab. Eugene mengepalai penelitian antivirus perusahaan tersebut. Tahun 2007, Eugene diposisikan sebagai CEO Kaspersky Lab.

Related Posts

Subscribe Our Newsletter